Hal-Hal Kecil yang Terlupakan

Source: Pinterest

Saya lupa kapan terakhir kali merasa hidup.
Bukan hanya bernapas, tapi benar-benar hidup.
Beberapa bulan belakangan, jadwal harian hanya diisi dengan berangkat ke kantor, dan rumah.
Duduk seharian di depan komputer sambil mengernyitkan dahi, karena pekerjaan dari bos yang tak kunjung berakhir.
Atau pergi ke berbagai meeting yang (kata mereka) sangat penting.
Lalu kembali ke kantor untuk mengejar deadline.
Sarapan yang seharusnya tenang pun tidak lagi bisa dilakukan.
Sudah menjadi rutinitas, minum kopi di depan layar komputer.
Sungguh kejar-kejaran dengan waktu.
To-do list dan agenda begitu padat dengan hal-hal yang dirasa penting, namun sesudah itu terlupakan.
Catatan-catatan meeting yang begitu panjang, pada akhirnya tidak begitu penting untuk di follow up di hari berikutnya,
karena orang-orang kebanyakan hanya bersemangat saat membicarakannya, tetapi malas merealisasikannya.
Waktu bertemu keluarga menjadi semakin jarang, hingga hanya rindu yang tersisa.
Rumah berubah menjadi tempat singgah sementara untuk tidur sejenak.
Hal-hal yang saya sukai, seperti menonton film dan membaca buku, belakangan hanya sebuah wacana yang tidak pernah sempat dilakukan.
Lalu anehnya, saya dapat mengingat semua hal penting yang harus dilakukan pada hari itu, meski hanya terasa penting pada hari itu saja.
Sementara hal-hal penting yang akan terasa lebih penting lagi di masa depan seperti terlewatkan, terlupakan, selalu ditunda untuk dilakukan.
Pada akhirnya saya yang idealis juga harus menyerah pada standar orang-orang sekitar, melakukan apa yang menurut mereka baik dan sudah sepantasnya dilakukan.
Sungguh, saya harus mulai benar-benar memprioritaskan banyak hal untuk kebaikan saya sendiri (saya tahu).
benar-benar harus berdamai dengan waktu, juga diri sendiri, juga semesta, untuk menata kembali semuanya.
Dan mungkin, mungkin, saya bisa merasa hidup kembali.

Jakarta, pagi hari, udara mendung, hujan gerimis.

Lady Lilac

Comments

Popular Posts