Bohemian Rhapsody: A Celebration of Queen

Source: unionjack.co.uk

Siapa yang tidak pernah mendengar lagu We are the Champion, We Will Rock You, dan - tentu saja - Bohemian Rhapsody? Meskipun generasi milenial mungkin kurang familiar dengan nama Queen, namun lagu-lagu hits mereka tetap abadi hingga kini. Band rock asal Inggris yang berjaya di era tahun 70-80an ini memiliki empat personil, yaitu Brian May (guitarist), John Deacon (bassist), Roger Taylor (drummer), dan Freddie Mercury (lead vocalist). Tidak dapat dipungkiri, Queen, merupakan salah satu band yang memiliki pengaruh besar atas dunia musik.

Pada tanggal 2 November 2018, 20th Century Fox merilis film Bohemian Rhapsody, yang mengangkat nama Freddie Mercury dan juga Queen kembali ke masa kejayaan mereka. Film biopic berdurasi 134 menit ini merujuk kepada penampilan legendaris mereka di konser Live Aid tahun 1985.

Source: cnn.com

Lagu Somebody to Love (1976) membuka film ini dengan ciamik, bersamaan dengan adegan persiapan Queen untuk tampil di konser Live Aid. Setelah itu jalan cerita mundur ke tahun 1970, menceritakan masa muda Freddie Mercury sebelum ia bergabung dengan Queen. Tentu saja, layaknya film biopic pada umumnya, film ini mengisahkan naik-turun band hingga penampilan mereka di konser Live Aid yang disebut-sebut sebagai salah satu pertunjukkan musik rock terbaik sepanjang masa.

Diperankan oleh Rami Malek (Freddie Mercury), Gwilym Lee (Brian May), Ben Hardy (Roger Taylor), Joseph Mazzello (John Deacon), pilihan casting untuk keempat member Queen ini layak dipuji. Pasalnya, akting mereka semua sangat apik, terutama Rami Malek yang memerankan sang vokalis utama.

Baru saja mendapatkan gelar Best Actor dari penghargaan paling bergengsi di dunia perfilman, yaitu Academy Awards atau Piala Oscar. Rami Malek berhasil mengambil hati penonton di seluruh dunia dengan perannya sebagai Freddie Mercury dalam film ini. Selain itu, film ini juga berhasil menyabet penghargaan Best Motion Picture dari Golden Globes, mengalahkan pesaing utamanya, A Star is Born yang diperankan oleh Lady Gaga dan Bradley Cooper.

Source: The Jakarta Post

Tiga bulan setelah penayangan perdananya di layar lebar, film ini tetap merajai puncak Box Office. Di IMDB, Bohemian Rhapsody mendapatkan rating 8,3/10, sementara berdasarkan review dari Rotten Tomatoes, skor yang diraih mencapai 62%. Sejujurnya, angka tersebut tidak terlalu tinggi, mengingat film ini masuk jajaran Box Office Worldwide. Keuntungan bersih dari film ini saja mencapai $714.8 juta, jauh dari anggaran yang hanya $50 - $55 juta.

Namun hal tersebut seolah mengulang kembali sejarah, kesuksesan film ini seperti mengikuti jejak lagu Queen yang memiliki judul sama yang dirilis pada tahun 1975 silam dalam album A Night at the Opera. Seperti lagu Bohemian Rhapsody yang meraih banyak kesuksesan dan juga kritik pada masanya, film ini pun banjir pujian, namun juga tidak terlepas dari banyaknya kritik.

Source: posteremporium.com

Perjalanan kesuksesan Queen memang tidak dapat diceritakan dalam satu malam, apalagi dituangkan ke dalam film yang hanya berdurasi dua jam. Hal inilah yang banyak menuai kritik dari para kritikus film dan juga media.

Media menyebut bahwa film ini tidak tepat disebut biopic karena ada beberapa kisah fiktif atau bumbu cerita yang ditambahkan kedalamnya, untuk membuat unsur yang lebih dramatis. Contohnya ketika Freddie memutuskan untuk berkarir solo dan hal tersebut berdampak pada band mereka yang terancam bubar. Dalam film, Freddie terkesan sangat egois karena ia ingin menjadi superstar seorang diri dengan menerima tawaran kontrak dari CBS Records untuk berkarir solo.

Padahal sebenarnya, Freddie adalah anggota Queen terakhir yang menelurkan album solo. Roger Taylor adalah anggota pertama yang memiliki album solo di tahun 1981, dilanjutkan single solo oleh gitaris Brian May di tahun 1983. Mr. Bad Guy adalah satu-satunya album solo Freddie Mercury yang dirilis tahun 1985, dan direkam selama masa hiatus Queen sebagai band.

Kritikus film menyebut film ini berusaha terlalu keras untuk mengenalkan Queen kepada generasi yang lebih muda dengan tidak memikirkan porsi sesungguhnya. Bumbu-bumbu cerita dalam film juga disebut tidak tepat, sehingga generasi muda yang belum mengenal Queen dapat menafsirkannya dengan salah setelah menonton film ini.

Brian May (71), dalam wawancaranya di Behind the Scene of Bohemian Rhapsody, menuturkan bahwa hal-hal yang disebutkan oleh kritikus memang tidak salah. Namun karena ini adalah sebuah film, bukan dokumenter ataupun biografi, film ini harus jujur namun juga tidak bisa terlalu apa adanya. "Kami ingin membuatnya tidak membosankan, dengan menjadikan ini sebuah film yang menyenangkan untuk ditonton," kata gitaris yang juga memiliki gelar Ph.D astrofisika ini.

Source: unilad.co.uk

Sebagai penonton, saya merasa sangat terhibur. Film ini menyuguhkan segalanya, membuat saya tertawa, menangis, bahkan juga terperangah. Sebagai generasi yang lahir jauh setelah Queen tidak lagi berada pada masa kejayaan mereka, film ini membuat saya mengenal dan merasa dekat dengan kisah mereka. Tentang mengejar mimpi, nilai sebuah persahabatan dan keluarga. Tentang menerima seseorang apa adanya, tentang tidak menghakimi seseorang dari luar, dan tentang cinta.

Meskipun begitu banyak kritik, hal tersebut tidak memungkiri film ini sebagai salah satu film Box Office terbaik sepanjang tahun 2018. Dan apapun pendapat orang-orang, bagi saya pribadi film ini adalah tentang sebuah legacy dan perayaan. Perayaan Queen, sebagai salah satu grup musik terbaik yang pernah ada.

Comments

Popular Posts