Joker: Antara Pesan Moral dan Kontroversi

Joker 2019 Official Poster
Joker 2019 Official Poster


"The worst part of having a mental illness is people expect you to behave as if you don't." 
- Joker

Adegan terakhir telah selesai. Credits mulai muncul. Lampu bioskop menyala diiringi oleh beberapa penonton yang mulai meninggalkan ruangan. Ada yang tertawa sembari membahas beberapa adegan lucu dalam film, ada pula yang membahas dengan serius betapa dark-nya film tersebut.





JOKER.

Musuh bebuyutan Batman ini akhirnya mendapat panggung sendiri di layar lebar yang diproduksi oleh Warner Bros Pictures. Baru beberapa hari semenjak penayangan perdananya di AS (04/10), film ini sudah menuai begitu banyak kontroversi. Pasalnya, film ini disebut dapat menjadi inspirasi bagi orang untuk berbuat kejahatan.

Sebelum saya menyatakan pendapat mengenai kontroversi yang beredar, mari kita simak sedikit sinopsisnya terlebih dahulu.

Dikisahkan seorang pria bernama Arthur Fleck (Joaquin Phonenix) yang seumur hidupnya tinggal di Gotham City bersama dengan sang ibu (Frances Conroy). Arthur bekerja di sebuah agensi yang menyediakan jasa entertainer, sebagai seorang badut penghibur. Ia memiliki penyakit mental dan selalu menerima perlakuan buruk dari masyarakat. Perjalanan hidupnya yang memilukan membuatnya harus berhadapan langsung dengan alter ego-nya, The Joker.

Arthur Fleck puts on his Joker makeup
Arthur Fleck puts on his Joker makeup

Sebenarnya, film yang diangkat dari karakter antagonis ikonik milik DC Comics ini hanya menghabiskan biaya sekitar US$ 55 juta, budget yang tergolong rendah untuk ukuran film Box Office. Namun, sejak minggu pertama penayangan perdananya di AS hingga hari ini, Joker sudah meraup keuntungan worldwide gross sekitar US$ 281 juta (IMDb).

Saya pribadi sempat berpikir, mungkin Warner Bros sudah menghabiskan biaya produksi yang sangat fantastis untuk film DC superheroes yang sukses seperti Wonder Woman dan Aquaman. Sehingga, ketika muncul sebuah ide untuk membuat film solo Joker, mereka hanya memiliki budget yang tak seberapa.

Namun, pemikiran itu seketika sirna ketika saya akhirnya memutuskan untuk menonton. Film ini sangat berfokus pada pengembangan karakter Joker itu sendiri. Penonton diajak untuk melihat Joker sebagai seorang manusia biasa melalui karakter Arthur Fleck. Akting memukau Phoenix dan sinematografi yang luar biasa dalam film ini membuat saya lupa bahwa memang hampir tidak ada special effect yang menonjol.

Saya baru menyadarinya ketika membaca sebuah artikel setelah selesai menonton (kebiasaan kalau habis nonton film bagus pasti langsung googling, hehe). Artikel tersebut menyebutkan betapa kecilnya biaya produksi film ini, yang kemudian membuat saya berpikir, "benar juga, hampir tidak ada special effect sama sekali". Maka pantas saja, bahwa jiwa film ini memang mau tidak mau bergantung pada keseriusan aktor utamanya dalam memainkan peran.

Sebelum tayang perdana secara worldwide, film ini pun telah meraih penghargaan Golden Lion sebagai film terbaik dalam Venice Film Festival pada September lalu. Namun, banjir pujian biasanya akan diiringi pula oleh banjir kritik. Beberapa negara; khususnya AS, menganggap bahwa film ini memiliki unsur kekerasan yang terlalu realistis dan tidak layak ditonton. Selain itu, pengembangan karakter Joker yang menyentuh sisi psikologis penonton juga dikatakan berbahaya lantaran dapat menjadi trigger bagi seseorang yang memiliki mental illness.

Todd Phillips & Joaquin Phoenix at Venice Film Festival 2019
Todd Phillips & Joaquin Phoenix at Venice Film Festival 2019

Hal tersebut bisa saja benar.

Adegan pembuka film ini pun sudah cukup menggambarkan kepahitan jiwa yang mendalam dari seorang Arthur Fleck. Hal ini tentu menimbulkan perasaan yang tidak nyaman bagi siapapun ketika menontonnya. Namun bagi saya, bukan berarti kita tidak dapat menontonnya dengan berpikiran terbuka.

Beberapa kritikus film menganggap bahwa film ini meromantisasi tokoh villain layaknya superhero dan mengagungkan tindak kekerasan. Sutradara Todd Phillips dengan cepat membantah tudingan tersebut, "film ini mengangkat soal kurangnya rasa cinta, trauma masa kecil dan kasih sayang di dunia. Saya pikir orang-orang bisa menangkap pesan itu," ujarnya ketika diwawancarai saat promosi film (bbc.com).

Saya pribadi merasa begitu campur aduk ketika selesai menonton film ini. Saya terperangah kagum pada kehebatan aktornya (Joaquin Phoenix deserves an Oscar for this role, really), tetapi saya juga merasa sedih dan kurang nyaman pada sebagian besar adegan yang ada dalam film. Pada satu sisi, saya merasa sangat relate pada tokoh Joker, tetapi tentu disaat yang sama saya tidak membenarkan tindakan kriminal yang dibuatnya.

Saya rasa hal yang paling bijak untuk dilakukan ketika menonton film ini adalah mencoba berpikiran seterbuka mungkin. Dan jangan, jangan pernah mengajak anak-anak untuk menonton film ini. Seseorang yang memiliki mental health problems pun tidak disarankan untuk menonton film ini sendirian. Sebisa mungkin, ajaklah teman atau partner (sesama orang dewasa) untuk menonton. Perhatikan, dengarkan percakapannya, kemudian diskusikan bagaimana perasaan Anda setelah menonton film ini.

Apabila kita merasa tidak nyaman, bagi saya itu adalah hal yang sangat wajar. Namun, film ini kiranya dapat menjadi pengingat bagi kita bahwa menebar kebaikan dan peduli pada semua orang itu perlu. Tidak dapat dipungkiri, masyarakat dan sistem dalam masyarakat itu sendiri dapat menciptakan karakter Joker. Semua orang memiliki sisi rapuhnya masing-masing, tetapi jangan sampai kita menjadi Joker.

Joaquin Phoenix as Joker
Joaquin Phoenix as Joker

Sekarang kita tahu, bahwa sebuah film dapat dikatakan sebagai karya masterpiece apabila dapat meninggalkan kesan mendalam bagi setiap penontonnya. Film seperti ini belum tentu muncul sekali dalam setahun. Semua orang di dunia membicarakannya. Memberi pujian. Mengkritiknya.

Film seperti Joker mungkin adalah sebuah karya seni yang rumit untuk dipahami. Tidak semua orang dapat menerimanya dengan pikiran terbuka. Namun, kontroversi film ini menjadi bukti bahwa masyarakat kita haus akan cinta dan kebaikan di dunia ini.

I would give an 8/10 overall score for this incredible movie.


"I used to think that my life was a tragedy, but now I realize, it's a comedy."
- Joker


Check out Joker Final Trailer here:



Comments

Popular Posts