jalanin aja dulu.


Photo by Nitin Garg on Unsplash

Beberapa hari yang lalu, salah satu teman dekat saya menelepon dan curhat tentang cowok yang sudah ia sukai bertahun-tahun. Bisa dibilang, ceritanya ini cukup rumit. Sudah bertahun-tahun dekat, tapi ya cuma dekat aja, nggak pernah terjadi apa-apa atau pun mengarah kemana-mana. Jujur, saya sebagai teman yang selalu dicurhatin ceritanya ini gregetan dengarnya. Pernah saking gemesnya, saya bilang sama dia, "kalau suka, lo ngomong aja duluan. Gapapa lagi, yang penting jelas."

Pastinya, omongan saya diabaikan sama dia. Alasannya: 1) gengsi, masa cewek ngomong duluan; 2) takut sama respon si cowok - kalau dia nggak suka tapi masih mau temenan, bagus. Kalau enggak?

Sebagai sesama perempuan, saya paham betul perasaan dia dan sebenarnya alasannya cukup masuk akal juga. Meskipun bisa dijawab dengan sederhana pula pertanyaan-pertanyaan dia itu. 1) emang kenapa kalo cewek ngomong duluan? gender equality dong, udah mau 2023, please lah; 2) kalau dia nggak mau temenan lagi setelah tahu perasaan lo yang sebenarnya, ya berarti bukan dia orangnya.

Tapi sepertinya nggak ada yang sederhana kalau lagi jatuh cinta. Hal yang seharusnya simpel aja, bisa kita bikin ribet sendiri. Belum lagi kalau kita lagi overthinking, rasanya kalau berdoa sama Tuhan soal jodoh pengennya maksa, "Ya Tuhan, aku sukanya sama dia, boleh nggak sih sama dia aja?" Buat kita, kadang merasa nyaman dan cocok dengan seseorang sudah cukup, sehingga bagaimana nantinya, seringkali kita nggak mau mikirin, yang penting cocok dulu. Padahal, hubungan bukan soal cocoklogi, dan apa yang kita lihat dalam diri seseorang, bisa jadi belum seluruhnya.

Cerita teman saya itu kadang bikin saya membatin, kok tahan jalanin sesuatu yang nggak tau apakah akan ada ujungnya. Hari gini, di usia segini pula, menjalani hubungan asmara dengan seseorang sudah nggak sesederhana jaman SMA dulu. Segalanya harus dipikir matang-matang, pelan-pelan, tapi pasti.

Saya sendiri termasuk orang yang apa-apa overthinking. Kadang saya juga merasa harus selalu punya alasan dan jawaban atas sesuatu, termasuk ketika suka dengan seseorang atau pun memutuskan untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Udah dari dulu begitu. Semakin dewasa, saya sadar ada bagus dan jeleknya juga sifat overthinking saya ini. Bagusnya adalah, saya jadi selalu punya plan B, karena kebiasaan mikir the worst thing that can possibly happen. Jeleknya, saya jadi kurang menikmati momen saat ini, karena mau dibikin berapa banyak plan pun, kalau memang sesuatu harus terjadi, ya terjadi aja. 

Patah hati, misalnya.

Saya belajar di usia berapa pun, yang namanya patah hati ya akan tetap sakit. Nggak ada tuh yang namanya jadi terbiasa karena sudah pernah. Salah satu alasan kenapa saya gregetan sama cerita teman saya di atas adalah, saya takut teman saya akan patah hati kalau sudah repot-repot dijalanin, ternyata si cowok nggak merasakan hal yang sama dengan teman saya. (Padahal sih yang bakal patah hati juga dia ya, kenapa saya ikutan repot).

Saya mengungkapkan kekhawatiran saya itu ke teman saya, dan begini jawaban dia: "ya justru itu, gue mau liat ini ujungnya apa, karena kalo nggak dijalanin gue nggak bakal tahu. Kalau nanti ternyata ujungnya akan bikin gue sakit hati, yaudah, gue akan belajar nerima. Untuk sekarang, gue mau jalanin aja dulu."

Waktu itu, jujur saja, jawabannya terdengar konyol dan ignorant buat saya. Kenapa dia rela buang-buang waktu buat sesuatu yang bahkan nggak tau apakah akan ada ujungnya. Kenapa teman saya nggak tau kalau dia pantas mendapatkan cowok yang 1000x lebih baik daripada yang dia suka sekarang. Dan berbagai 'kenapa' lainnya.

Sekarang kalau dipikir lagi, pada dasarnya nggak ada sesuatu yang pasti di dunia ini. Bahkan untuk pasangan yang sudah menikah, memahami dan mengetahui perasaan pasangan seutuhnya adalah hal yang mustahil, kan. Karena perasaan orang cuma orang itu dan Tuhan aja yang tahu. Kita nggak bisa maksa perasaan seseorang, sama seperti hal nya kita juga nggak bisa menentukan apakah dia harus stay atau pergi dari hidup kita. Pada akhirnya, perasaan orang adalah sesuatu yang berada diluar kontrol kita. Kita cuma punya power untuk mengontrol perasaan dan sikap diri sendiri.

Dari jawaban teman saya, saya jadi belajar hal baru bahwa nggak semua hal harus dibuat plan nya. Dan kalau kita nggak selalu tahu jawaban atas sesuatu, ya nggak apa-apa juga. Jadi next time, semisal saya jatuh cinta sama seseorang, saya putuskan untuk nikmati aja semua prosesnya, bunga-bunganya, pahit-pahitnya, overthinking-nya, karena, yah, jalanin aja dulu.


Comments

Post a Comment

Popular Posts